Sejarah Desa
Legenda
Pada zaman Kerajaan Luwu dinobatkanlah seorang Raja Luwu yang disebut Pajung Ri Luwu.Pada saat Raja Luwu mempunyai beberapa orang anak,diantaranya seorang anak bernama La Baso,anak tersebut terkena penyakit kusta (Bahasa Daerah: Maja Oli).Karena merasa tersisihkan La Baso pun menghadap ke Pajung (Raja) dengan maksud memberikan suatu pertanyaan.Pertanyaan yang disampaikan La Baso ke Pajung (Raja) adalah,Pajung (Raja) lebih memilih telur satu (Bahasa Daerah: Tello Siddie) atau telur banyak (Bahasa Daerah: Tello Maega)? Dalam artian Pribahasa Daerah Lebih memilih anak dari pada Masyarakat.
Adapun jawaban Pajung (Raja) lebih memilih telur banyak,maka Pajung (Raja) memutuskan untuk mengirim La Baso merantau dengan bekal perahu kecil (Bahasa Daerah: Rai),disertai Dayang-dayang dan pamannya yang bernamaTowalida sebagai pengawal.
Setelah La Baso sampai di Tanah Wajo (Bahasa Daerah: Tana Ogi),La Baso pun berangkat ke sebuah Kampung yang disebut Lompo Tellang untuk mencari nafkah,kemudian berpindah ke Cellu-Cellungeng.
Pada suatu hari La Baso sedang pergi berburu,di tengah perburuannya La Baso melihat seorang gadis cantik yang merupakan anak dari Arung Pone (Raja Bone),mereka saling suka dan tak lama merekapun menikah.
Suatu ketika La Baso bermimpi akan kesembuhan kulitnya,dengan syarat La Baso harus mandi di Sumur Pemberani (Bahasa Daerah: Bung Paranie).La Baso pun pergi ke sumur tersebut,secara tiba-tiba muncul seekor Kerbau putih (Bahasa Daerah: Tedong Buleng) dari sumur itu yang langsung menjilat kulit La Baso sehingga mmbuat penyakit kulitnya sembuh,dan dinamakan Sakke Oli (Bahasa Daerah).Maka La Baso mmbentuk suatu Desa yang diberi nama Sakkoli singkatan dari kata Sakke Oli yang merupakan induk dari Desa Towalida.
Kerajaan Sakkoli dibawah kepemimpinan Raja La Baso membentuk beberapa kampung yaitu,Lasipae,Cinaga dan Mareppi.Pada Tahun 1964 Lahirlah Desa Towalida dari pemekaran Desa Sakkoli.Namun pada tahun 1969 Desa Towalida dan Desa Sakkoli kembali disatukan menjadi Desa Sakkoli.Barulah pada tahun 1993 pemekaran Desa Towalida dari Desa Sakkoli kembali dilakukan.
Legenda
Pada zaman Kerajaan Luwu dinobatkanlah seorang Raja Luwu yang disebut Pajung Ri Luwu.Pada saat Raja Luwu mempunyai beberapa orang anak,diantaranya seorang anak bernama La Baso,anak tersebut terkena penyakit kusta (Bahasa Daerah: Maja Oli).Karena merasa tersisihkan La Baso pun menghadap ke Pajung (Raja) dengan maksud memberikan suatu pertanyaan.Pertanyaan yang disampaikan La Baso ke Pajung (Raja) adalah,Pajung (Raja) lebih memilih telur satu (Bahasa Daerah: Tello Siddie) atau telur banyak (Bahasa Daerah: Tello Maega)? Dalam artian Pribahasa Daerah Lebih memilih anak dari pada Masyarakat.
Adapun jawaban Pajung (Raja) lebih memilih telur banyak,maka Pajung (Raja) memutuskan untuk mengirim La Baso merantau dengan bekal perahu kecil (Bahasa Daerah: Rai),disertai Dayang-dayang dan pamannya yang bernamaTowalida sebagai pengawal.
Setelah La Baso sampai di Tanah Wajo (Bahasa Daerah: Tana Ogi),La Baso pun berangkat ke sebuah Kampung yang disebut Lompo Tellang untuk mencari nafkah,kemudian berpindah ke Cellu-Cellungeng.
Pada suatu hari La Baso sedang pergi berburu,di tengah perburuannya La Baso melihat seorang gadis cantik yang merupakan anak dari Arung Pone (Raja Bone),mereka saling suka dan tak lama merekapun menikah.
Suatu ketika La Baso bermimpi akan kesembuhan kulitnya,dengan syarat La Baso harus mandi di Sumur Pemberani (Bahasa Daerah: Bung Paranie).La Baso pun pergi ke sumur tersebut,secara tiba-tiba muncul seekor Kerbau putih (Bahasa Daerah: Tedong Buleng) dari sumur itu yang langsung menjilat kulit La Baso sehingga mmbuat penyakit kulitnya sembuh,dan dinamakan Sakke Oli (Bahasa Daerah).Maka La Baso mmbentuk suatu Desa yang diberi nama Sakkoli singkatan dari kata Sakke Oli yang merupakan induk dari Desa Towalida.
Kerajaan Sakkoli dibawah kepemimpinan Raja La Baso membentuk beberapa kampung yaitu,Lasipae,Cinaga dan Mareppi.Pada Tahun 1964 Lahirlah Desa Towalida dari pemekaran Desa Sakkoli.Namun pada tahun 1969 Desa Towalida dan Desa Sakkoli kembali disatukan menjadi Desa Sakkoli.Barulah pada tahun 1993 pemekaran Desa Towalida dari Desa Sakkoli kembali dilakukan.